Ada beragam tipe layangan permainan (di Sunda dikenal istilah maen langlayangan). Yang paling umum adalah layangan hias (dalam bahasa Betawi disebut layangan koang) dan layangan aduan (laga). Terdapat pula layangan yang diberi sendaringan/sendaren layangan yang dapat mengeluarkan suara karena angin. Layangan laga biasa dimainkan oleh anak-anak pada masa pancaroba karena kuatnya angin berhembus pada saat itu.
Di beberapa daerah Nusantara, layangan dimainkan sebagai bagian dari ritual tertentu, biasanya terkait dengan proses budidaya pertanian. Layangan paling sederhana terbuat dari daun yang diberi kerangka dari bambu, kemudian diikat dengan serat rotan. Layangan semacam ini masih dapat ditemui di Sulawesi. Diduga beberapa bentuk layangan tradisional asal Bali berkembang dari layangan daun karena bentuk ovalnya yang menyerupai daun.
Di Jabar, Lampung, dan di tempat lainya yang ada di Indonesia, layangan digunakan sebagai alat bantu mancing. Layangan ini terbuat dari anyaman daun sejenis anggrek tertentu dan dihubungkan dengan mata kail. Di Pangandaran dan beberapa tempat lain misalnya, layangan dipasangi jerat guna menangkap kalong atau kelelawar.
Penggunaan layangan sebagai alat bantu penelitian cuaca telah dikenal lama sejak abad ke-18. ada Contoh yang terkenal adalah saat Benjamin Franklin menggunakan layangan yang terhubung dengan kunci untuk menunjukkan bahwa petir membawa muatan listrik.
Layangan raksasa dari bahan sintetis sekarang telah dicoba menjadi alat untuk menghemat penggunaan bahan bakar kapal (Solar) pengangkut. saat angin berhembus kencang, kapal akan membentangkan layar raksasa seperti layangan yang akan “menarik” kapal sehingga menghemat penggunaan solar.
Catatan pertama menyebutkan permainan layangan adalah dokumen dari Tiongkok sekitar 2500 Sebelum Masehi. Sedangkan gambaran layangan tertua adalah dari lukisan gua periode mesolitik di pulau Muna, Sulawesi Tenggara, yang dipercaya telah ada sejak 4.000 tahun yang lalu. Lukisan tersebut menggambarkan layangan yang disebut kaghati, yang masih digunakan oleh orang-orang Muna modern.
Layangan terbuat dari daun kolope (umbi hutan) untuk layar induk, kulit bambu sebagai bingkai, dan serat nanas hutan yang dililitkan sebagai tali, meskipun layang-layang modern menggunakan senar sebagai tali.
Diduga terjadi perkembangan yang saling bebas antara tradisi di Tiongkok dan di Nusantara karena di Indonesia juga banyak ditemukan bentuk-bentuk primitif layangan yang terbuat dari daun-daunan. Di kawasan Nusantara sendiri catatan pertama mengenai layangan ialah dari Sejarah Melayu (Sulalatus Salatin) (abad ke-17) yang menceritakan suatu festival layangan yang diikuti oleh seorang pembesar kerajaan.
Dari Tiongkok, permainan layangan menyebar ke Barat hingga kemudian populer di bagian Eropa.Layangan terkenal ketika dipakai untuk mempelajari petir oleh Benjamin Franklin .
Manfaat Positif Bermain Layang-Layang
- Aktivitas Fisik: Bermain layang-layang melibatkan berjalan, berlari, dan mengontrol gerakan tubuh untuk mengendalikan layang-layang. Ini membantu meningkatkan kebugaran fisik, keseimbangan, dan koordinasi motorik.
- Pengembangan Keterampilan: Bermain layang-layang dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan motorik halus dan keterampilan tangan-mata. Mereka belajar cara merakit, meluncurkan, dan mengontrol layang-layang, yang merupakan latihan keterampilan yang baik.
- Koneksi dengan Alam: Bermain layang-layang sering kali dilakukan di luar ruangan, memberikan kesempatan untuk terhubung dengan alam dan lingkungan sekitar. Ini dapat membantu meningkatkan apresiasi terhadap alam dan menyediakan kesempatan untuk beraktivitas di luar ruangan.
- Kreativitas: Membuat dan memodifikasi layang-layang bisa menjadi proses kreatif yang mengasyikkan. Anak-anak dapat belajar untuk menggunakan imajinasi mereka dalam merancang layang-layang mereka sendiri atau menghiasnya dengan berbagai warna dan pola.
- Keterlibatan Sosial: Bermain layang-layang bisa menjadi aktivitas sosial yang menyenangkan untuk dilakukan bersama teman-teman atau keluarga. Ini membantu membangun hubungan sosial dan meningkatkan keterlibatan antara orang-orang.
- Keterampilan Problem Solving: Ketika layang-layang terjebak atau terbang ke arah yang tidak diinginkan, ini memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk menggunakan keterampilan problem solving mereka dalam menemukan solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
- Pengalaman Belajar: Bermain layang-layang juga bisa menjadi pengalaman pembelajaran yang berharga. Anak-anak dapat belajar tentang sifat angin, aerodinamika, dan prinsip fisika lainnya saat mereka berusaha mengendalikan layang-layang mereka.
Dengan demikian, bermain layang-layang memiliki manfaat yang jauh lebih luas daripada sekadar sebagai hiburan semata. Itu dapat membantu dalam pengembangan fisik, keterampilan, kreativitas, keterlibatan sosial, dan pengalaman belajar yang berharga.